Film

The One I Love: What the heck happened?

Published on Mei 16, 2018

Saat selesai menonton film ini, saya berucap di dalam kagum dengan twisted plotnya, “What the heck happened?”.

The One I Love bercerita tentang krisis rumah tangga pasangan suami istri, Ethan (Mark Duplass) dan Sophie (Elisabeth Moss), yang oleh terapis mereka disarankan untuk menyendiri berdua di sebuah retreat center. Retreat center ini memiliki dua bangunan, Main House dan Guest House, yang dipisahkan oleh kolam berenang dan kebun. Retreat centernya cukup indah untuk menjadi tempat kembali mengenal pasangan dan melakukan pendekatan lagi.

Film berdurasi 1 jam 31 menit ini 98% isinya adalah si Ethan dan Sophie, with their fake one. Kok ada yang fake? Yup! Karen si fake inilah gambaran dari “The One I Love”.

Kamu kira kamu tetap cool, keren, dan semenyenangkan kamu di masa muda setelah kamu menikah? Nope! Tetot! Di film The One I Love inilah isu rumah tangga bagian: kamu berubah 🙁 – diangkat.

Waktu paling pas buat nonton The One I Love: Waktu kamu memutuskan menikah! Hahaha … Kidding.

Film ini ditonton paling pas buat kamu yang bosan dengan kisah cinta sempurna. Saat kamu mau tahu kenapa sih bisa terjadi perpisahan padahal kayanya hubungannya adem ayem. Nah ini! Film ini hadir untuk menjawab ke-kepo-anmu.

Adegan Favorite (Penulis):

Sophie: “Is it like another dimension, when you go through the door?”
Ethan: “You want to go back?”
Sophie: “This is something we’ve been talking about, creating a new relationship.”
Ethan: “I imagined like horseback riding with a little satchel of wine, you know? Not some weird version of Who’s Afraid of Virginia Woolf?”

When the heart wants what it wants. Sayangnya dua hati maunya beda, yang satu hatinya mau bersama yang satu mau berpisah. Masing-masing kekeuh dengan maunya.

Kenapa Film Ini Harus Ditonton: Karena film ini menantang, menantang otakmu untuk terjebak dalam rumitnya cinta di sebuah film. Karena film ini membuat kamu percaya jika quotes yang sering berkeliaran di Pinterest atau Tumblr ini benar adanya:

“How do you know when it’s over?”
“Maybe when you feel more in love with your memories than with the person standing in front of you.”

Jadi, jika kamu harus memilih di dalam sebuah hubungan, bertahan dan menerima apa adanya pendampingmu atau meninggalkannya saat semua tidak lagi sama?