Sutradara Yorgos Lanthimos Mengungkapkan Metode Gilanya Dalam Membuat Film
Setelah Yorgos Lanthimos mendapatkan nominasi Oscar untuk filmnya, Dogtooth, ia menjadi terkenal di Los Angeles. Namun popularitasnya tidak memberikan hasil yang berarti pada awalnya. “Saya berkeliling, menemui semua orang-orang penting, keluar masuk dari satu studio ke studio lainnya,” sang sutradara mengisahkan pengalamannya. “Anda tidak terlalu tahu apakah mereka menghargai karya Anda, atau apakah mereka hanya ingin bertemu karena film Anda sekarang terkenal.”
Namun akhirnya sang sutradara asal Yunani ini berhasil menghasilkan karya-karya selanjutnya yang mendapatkan perhatian publik. Dua filmnya, The Lobster dan The Killing Of A Sacred Deer telah menjadi penentu sepak terjangnya. Gaya filmnya yang terlihat suram dan “mati’ juga dilanjutkan hingga film terbarunya, The Favorite. Ketiga film ini seakan menjadi sebuah trilogi karya Lanthimos yang tidak disengaja. Ketiganya menawarkan kisah yang tidak biasa dan tidak dapat diprediksi. Lanthimos seakan menjadi Lars Von Trier yang telah mengagetkan para penonton sambil memperlebar ruang eksperimennya.
“Saya hanya berusaha dan memutuskan apa yang menarik bagi saya dan membuat saya bersemangat,” ujarnya. “Saya tidak mengkhawatirkan bagaimana itu akan dilihat.”
Tidak Menyangka Berkesempatan Membuat Film
Meskipun sekarang namanya sudah menjadi besar di dunia perfilman, Yorgos Lanthimos tidak menyangka bahkan bisa membuat film panjang. “Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan bisa sekalipun membuat film,” ujarnya. “Berasal dari Yunani, itu bukan seperti sebuah realita.”
Yorgos berhasil memiliki sekelompok teman yang juga tertarik dalam dunia perfilman. Selain itu, ia juga mendapat pekerjaan untuk membuat iklan. Dalam satu dekade pertama di perjalanan karirnya, ia telah membuat ratusan iklan. Sambil melakukan pekerjaannya itulah dia juga melatih teknik perfilmannya. “Saya telah melakukan banyak hal,” ujarnya. “Dulu adalah periode di awal 90-an ketika koran lama memberikan hadiah dengan korannya. Jadi kami membuat iklan murahan untuk mesin pembuat kopi yang akan diberikan kepada pelanggannya, hal-hal gila seperti itu.”
Setelah filmnya, Alps, Yorgos Lanthimos berpindah ke Inggris. Di sana, para aktor dan aktris mendekatinya dan karyanya mulai semakin terkenal. Cate Blanchett sempat menunjukan ketertarikannya untuk bermain di dalam karya Lanthimos. Rachel Weisz juga begitu, meskipun membutuhkan waktu untuk ia akhirnya setuju bermain di The Lobster sebagai lawan main Colin Farrell. Nicole Kidman juga senang dengan pendekatan Lanthimos dalam The Killing of a Sacred Deer.
Tidak Pernah Membuat Karya Berdasarkan Aktor Tertentu
Meskipun digandrungi oleh banyak aktor dan aktris papan atas, Yorgos Lanthimos mengaku bahwa dirinya tidak pernah membuat karya berdasarkan aktor tertentu. “Saya tidak ingin dibatasi oleh itu. Dan Anda tidak tahu apakah mereka akan bisa memainkannya atau tidak,” ujarnya dalam wawancara bersama IndieWire.
Film terbarunya, The Favorite, telah mendapatkan banyak sorotan terutama dalam proses latihannya. Pada saat latihan bersama para pemain, sang sutradara memberikan perintah eksperimen sambil mereka membacakan naskahnya. “Pada akhirnya, kami semua mengetahui isi naskah dari hari karena kami telah mengucapkan kata-katanya berulang kali tanpa ada tujuan di baliknya,” ujarnya pada sesi tanya jawab di Telluride. “Itu cara yang sangat menarik untuk belajar bahwa kami aman dengan satu sama lain, kami bisa bertumpu pada satu sama lain, dan kami tahu apa yang kami ucapkan ketika kami mulai syuting. Itu sama sekali tidak mirip dengan apa yang sungguh kami ambil gambarnya.”
Yorgos Lanthimos telah bermain dengan bebas dalam film-filmnya. Membawa metode-metode yang tidak tradisional ke tingkatan yang lebih tinggi, menyatukan beberapa peraturan artistik ke dalam satu paket. Meskipun penonton dan para kritikus masih kesulitan mengkategorikan karyanya, selalu ada metode yang digunakan dalam kegilaannya.
“Saya menghabiskan bertahun-tahun menonton dan mengapresiasi tarian dan teater dan semua hal itu. Dan hal tersebut telah menuntun cara saya bekerja dengan para aktor dan cara saya melakukan pendekatan,” ujar sang sutradara.
“The Favorite”
Dalam film terbarunya, The Favorite, Rachel Weisz berperan sebagai Sarah, seorang Putri Marlborough. Sarah melakukan tarian kontemporer untuk membuat ratunya senang. Meskipun hal tersebut terdengar konyol, dalam film ini semua aktor melakukannya dengan serius. Yorgos Lanthimos sendiri mempekerjakan seorang koreografer Argentina, Constanza Macras untuk membuat adegannya. “Saya tahu bahwa fisik akan sangat penting untuk membuat film ini dalam cara yang akan membuatnya terasa seperti dunianya sendiri dan tidak seperti karya zaman kerajaan lain di mana orang-orang berbicara dan berjalan dalam cara tertentu,” ujar Lanthinos.
“Saya ingin membuat semua itu lebih sederhana agar menjadi sebuah film yang terasa relevan bagi kita hari ini. Agar Anda bisa membayangkan ini terjadi di manapun di dunia atau waktu kapanpun,” jelas Yorgos Lanthimos.
Yorgos Lanthimos masih terhitung sebagai sutradara yang pemalu dengan kehadirannya sendiri. Ia masih lebih memilih untuk bersembunyi di belakang kehebatan karyanya. “Saya lebih memilih untuk membuat filmnya dan membiarkannya berbicara sendiri,” ujarnya. Namun dengan film The Favorite, ia telah menjadi semakin nyaman dengan tekanan menjelang musim penghargaan. “Jika orang-orang menyukai filmnya, bagus,” ujarnya. “Jika kami mendapatkan nominasi, bagus. Jika tidak, baiklah.”