Sutradara ‘Shazam!’ Dituntun Oleh ‘Jurassic Park’ Untuk Film Superhero Pertamanya
David F. Sandberg, sutradara asal Swedia, paling dikenal melalui film-film horror seperti Lights Out dan Annabelle: Creation. Hal tersebut membuatnya menjadi pilihan yang menarik sebagai sutradara film superhero Shazam!. Sebuah film remaja mengenai seorang remaja panti asuhan yang berubah menjadi seorang superhero setelah bertemu dengan seorang penyihir. Film ini adalah film dengan suasana paling menyenangkan dibandingkan film DC Extended Universe lainnya. Namun Sandberg juga membuat film ini menjadi film yang menyenangkan sekaligus menakutkan seperti film yang ia sukai waktu kecil dulu.
Sang sutradara mengatakan bahwa ada banyak bahan yang bisa ia pergunakan untuk film ini. “Saya seorang pecinta horror, namun saya menyadari bahwa selama saya tidak melakukan apapun yang tidak akan dilakukan ‘Jurassic Park’, itu menjadi batasannya,” ujarnya. “Anak-anak tumbuh besar menonton Jurassic Park dan itu masih sudah cukup keras. Seperti pria yang di toilet yang dimakan! Atau seperti ada tangan yang terpotong dan semua hal itu. Saya seperti, ‘Selama saya tidak meraih sejauh itu, saya tahu saya tidak akan apa-apa.”
Dengan hanya satu penulis naskah, Henry Gayden, Shazam! memberikan gambaran yang jelas dan kohesif yang jarang ditemukan dalam dunia superhero. “Pada dasarnya mereka yang memberi ide,” ujar Sandberg mengenai pertemuan pertamanya. “Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan konsep anak kecil berubah menjadi orang dewasa. Lalu juga berubah menjadi superhero, ada begitu banyak ide, begitu banyak arah.”
Sandberg mengatakan bahwa ia berpaling pada film-film yang ia tonton di masa mudanya. Beberapa di antaranya termasuk Gremlins, Ghostbusters, dan The Goonies. Hal tersebut dilakukan untuk membangun suasana yang akan menarik para anak-anak dan orang dewasa dan menghindari kekelaman seperti Batman v Superman: Dawn of Justice atau Suicide Squad.
Jelas saja, Sandberg masih berfokus pada rasa horror yang ada di film klasik seperti Jurassic Park hingga Indiana Jones. “Menurut saya, banyak film-film lama yang memiliki sedikit dari segala aspek,”jelasnya. “Mereka memiliki rasa petualangan yang menyenangkan, namun juga ada banyak perasaan, dan terkadang sedikit horror. Ketika kecil, saya menyukai Raiders of the Lost Ark, yang mana ada bagian wajah orang meleleh, itu cukup mengerikan.”
“Saya tidak terlalu suka darah dan hal yang mengerikan, ini hanya tentang menakuti orang,” ujar David F. Sandberg. “Jadi tidak terlalu sulit. Saya berpikir, ‘Jika ini film Dewasa, akan ada darah di mana-mana,’ namun mudah untuk menahan diri agar tidak sejauh itu. Anda hanya perlu memancingnya dan orang akan memvisualisasikannya sendiri di kepalanya… Anda ingin membuat orang berpikir bahwa, ‘oh, ini bisa berakhir dengan buruk.’”
Sutradara Horror Yang Berpindah Ke Dunia Superhero
Sulit untuk mendapatkan film mengenai seorang bocah yang mendapatkan kekuatan super. Akan tetapi, David F. Sandberg berhasil melakukannya berkat latar belakangnya di genre horror. Ia juga menunjukkan bahwa, meskipun sedang banyak sutradara horror yang dipilih untuk mengarahkan film yang bukan horror, ini sudah pernah dilakukan sebelumnya. Juga di dalam dunia superhero pun sudah pernah dilakukan dulu.
“Sepertinya ini dimulai waktu dulu Richard Donner mengerjakan Superman,” ujar sang sutradara Shazam!. Ia mengatakan bahwa Richard Donner sebelumnya menyutradarai The Omen sebelum memasuki franchise Superman. “Sepertinya membuat film horror sebenarnya cukup sulit, dan Anda harus mengetahui banyak hal mengenai pembuatan film secara umumnya. Film-film horror yang saya buat, sebagian besar mengenai berusaha untuk memainkan ekspektasi penonton. Juga berusaha untuk mengetahui para penonton ada pada titik mana dan berusaha membalikkan ekspektasinya. Itu mungkin kualitas yang bagus untuk dimiliki di film apapun.”
Sandberg juga mengkreditkan perubahan yang terjadi di dalam dunia DCEU yang membuatnya memungkinkan untuk membuat film seperti Shazam! “Yang saya sukai adalah bahwa tidak ada mandat untuk ‘Anda harus membangunnya untuk keberlanjutan film-film setelahnya’ atau ‘Anda harus memasukkan hal-hal ini dari apa yang sedang terjadi di dunianya,” ujar Sandberg. “Hanya membuat film Shazam yang terbaik. Sepertinya itu yang [DC dan Warner Bros] tengah lakukan sekarang. Mereka tidak terlalu berfokus pada mengikat segalanya bersama atau membangun titik temu. Hanya berfokus pada ‘Ini adalah karakter dalam film ini dan ini suasana yang tepat untuk karakternya.’”
Pengikat Shazam! Dengan DCEU
Namun begitu, ada satu ide yang Sandberg putuskan untuk masukkan. Karena Shazam! berada dalam dunia di mana para superhero dikenal oleh publik, ada banyak omongan tentang mereka. Juga banyak merchandise yang berhubungan dengan para superhero. Itulah mengapa rasanya begitu menggelitik ketika Shazam dan Sivana bertarung di dalam toko boneka.
“Ketika kami membangun toko boneka tersebut, studionya seperti, ‘Ya, asal jangan memasukkan karakter yang belum diperkenalkan ke bioskop dulu.’ Namun kemudian kami juga memiliki boneka Lex Luthor dan saya seperti, ‘Saya tidak tahu apakah mereka sebenarnya membuat boneka orang itu, jadi mungkin jangan digunakan.”
Shazam! telah mulai tayang sejak tanggal 5 april yang lalu di bioskop Indonesia.