‘Roma’ Memenangkan Penghargaan Tertinggi Di Venice Film Festival
Film ‘Roma’ karya Alfonso Cuaron berhasil memenangkan penghargaan Golden Lion yang dianggap sebagai pengharga tertinggi di Venice Film Festival. Film ini adalah film yang sangat dekat dengan kehidupan sang sutradara. Sebuah film hitam putih yang didasarkan oleh ingatan sang sutradara ketika dirinya hidup di kota Meksiko di awal tahun 1970-an. Film ini juga merupakan kembalinya sang sutradara ke akarnya dalam film berbahasa Spanyol.
‘Roma’ bercerita tentang dua orang asisten rumah tangga, keduanya berdarah Meksiko, yang tanpa lelah mengurus sebuah keluarga kecil di perumahan kelas menengah di Roma. Film ini adalah film semi-biografi dari kehidupan masa kecil Alfonso Cuaron. Kedua asisten rumah tangga tersebut membantu seorang Ibu empat anak yang sedang ditinggalkan oleh suaminya.
Sang sutradara, Alfonso Cuaron, mengucapkan terima kasih kepada para produsernya, David Linde, dan Ted Sarandos serta Scott Stuber dari Netflix ketika menerima penghargaannya. “Penghargaan ini dan festival ini sangatlah penting bagi saya,” ujar Cuaron.
Alfonso Cuaron juga mengucapkan terima kasih kepada kru dan aktris-aktrisnya yang telah berkontribusi dalam film tersebut. Terutama kepada aktris Marina De Tavira, Yalitza Aparicio, dan Nancy Gracia “atas keberanianmu, murah hatimu, dan hormat yang sangat mendalam dalam memerankan perempuan yang telah membesarkan saya,” ujarnya.
Terakhir kalinya Alfonso Cuaron berada di Venesia adalah ketika merilis film science fiction miliknya yang bertema luar angkasa, ‘Gravity’. Pada tahun 2013, film tersebut meraih kesuksesan besar dan berhasil mendapatkan 7 piala Oscars.
Sang produser, David Linde, juga sempat memberi pernyataan mengenai penghargaan yang diraih film Roma. “Bekerja bersama Alfonso dalam film Roma adalah perjalanan yang luar biasa untuk semua orang di (rumah produksi) Participant. Kami sangat senang bahwa film luar biasa miliknya telah diberikan penghargaan Golden Lion,” ujar David Linde dalam pernyataannya. “Film ini adalah hadiah untuk semua penonton, melampaui penghalang bahasa dan budaya dan menginspirasikan rasa kasih sayang ke seluruh penjuru dunia.”
Sahabat Sedarah Mengetuai Penjurian
Film yang dirilis oleh Netflix dan diproduksi oleh Participant Media ini berhasil meraih penghargaan tertinggi dari 21 film yang berlomba untuk mendapatkannya. Salah satu juri yang berhasil diyakinkan untuk memilih film ini adalah Guillermo Del Toro, sutradara yang juga berdarah Meksiko yang sejak awal sudah meyakinkan bahwa dia tidak akan ‘membantu’ kawannya.
Namun begitu, dengan hasil akhir penghargaan diambil oleh film Roma, nampaknya tidak akan ada masalah yang muncul mengenai spekulasi bahwa Del Toro ‘main belakang’ untuk memenangkan film kawannya tersebut. Sejak awal, film ini memang sudah menjadi salah satu film yang paling disukai dan dipuji oleh berbagai macam kritikus film dan mendapatkan ulasan yang bagus di manapun.
Guillermo Del Toro sendiri juga telah menyatakan bahwa dirinya tidak melakukan campur tangan dalam pemilihan pemenang. “Saya memiliki satu suara, sama seperti juri lainnya,” ujarnya di hadapan pers setelah acara penghargaan berakhir. Ia lalu menambahkan bahwa keputusan tersebut adalah kesepakatan bersama.
Ketika Guillermo Del Toro sebagai ketua juri Venice Film Festival akan mengumumkan pemenang penghargaan tertinggi, Ia sempat bergurau terlebih dahulu. “Mari kita lihat apakah saya bisa mengucapkan nama pemenangnya dengan benar!” ujar sutradara besar yang telah membuat film-film hebat seperti Pan’s Labyrinth dan The Shape of Water.
Mengunjungi Masa Lalu Dalam ‘Roma’
Dalam wawancaranya bersama Indiewire, Alfonso Cuaron mengatakan bahwa pembuatan filmnya kali ini rasanya seperti mengunjungi kembali masa lalunya. “Sembilan puluh persen adegan yang ada di film adalah adegan yang diambil langsung dari ingatan saya,” ujar Cuaron. “Terkadang adegannya lebih langsung, terkadang lebih tidak langsung. Ini mengenai masa itu yang membentuk saya, namun juga masa yang membentuk sebuah negara. Itu adalah awal dari transisi yang panjang di Meksiko.”
Alfonso Cuaron terkenal sebagai sutradara yang membuat riset mendalam untuk filmnya, seperti dalam filmnya “Gravity” yang mengenai luar angkasa. Namun, dalam film Roma, ada perubahan bentuk riset yang ia lakukan. “Dalam kasus ini, semua risetnya internal,” ucap Cuaron. “Karakternya, mereka semua ada di dunia nyata. Mereka orang-orang yang sangat saya cintai. Saya harus melakukan perjalanan di dalam ingatan saya sendiri dan juga berbicara dengan orang-orang yang berada di sana dan yang mengalami kejadian-kejadian tersebut bersama saya.”
Sang sutradara yang terakhir membuat film Meksiko, Y Tu Mama Tambien, hampir 18 tahun yang lalu ini mengatakan bahwa ia telah membangun film Roma sejak awal debutnya sebagai seorang sutradara di tahun 1991. “Saya selalu ingin membuat sebuah film dan merasa nyaman dengan film tersebut ketika saya menyelesaikannya,” ujar Cuaron dalam wawancaranya bersama Indiewire. “Dengan Roma, saya merasa puas ketika kami menyelesaikannya. Saya sangat senang dengan hasilnya dan itu karena ini film pertama di mana saya bisa menggambarkan apa yang ingin saya gambarkan sepenuhnya dalam sebuah film. Ini sebuah cerita dalam berbagai bentuk dan rasa emosi yang telah ada sejak saya ingin menjadi seorang sutradara.”
“Proses ini telah berjalan sangat lama, namun saya senang ini akhirnya membuahkan hasil.”