Ant-Man and the Wasp, Ringan dan Menghibur
Ada tiga judul film Marvel Cinematic Universe (MCU) yang dirilis tahun ini oleh Marvel Studios dan Disney. Pertama yang lebih dulu rilis adalah Black Panther di bulan Februari kemudian, Avengers: Infinity War yang rilis di bulan April lalu dan yang terakhir, Ant-Man and the Wasp.
Sekuel Ant-Man ini terlihat lebih simple dibandingkan dengan Black Panther dan Infinity War. Lalu, seperti apa sih sekuel film Ant-Man kali ini? Simak ulasannya berikut ini.
Kisah yang dikemas dengan baik
Film yang disutradarai Peyton Reed ini mengambil setting waktu sebelum peristiwa Avengers: Infinity War. Ceritanya tentang Scott Lang, setelah membantu Captain America dalam peristiwa Civil War, kini terdaftar menjadi buronan pemerintah. Hal ini membuatnya membutuhkan seorang partner, The Wasp, untuk membantunya menghadapi musuh terbarunya, Ghost, yang memiliki kemampuan invisible dan intangible, sambil lari dari kejaran pemerintah.
Kesederhanaan merupakan ciri khas film Ant-Man yang menyesuaikan kepribadian Scott sendiri yang tidak neko-neko. Jika dibandingkan dengan rekannya, seperti Tony Stark, Steve Rogers, dan Thor yang lekat dengan gambaran pria alfa (alpha male), Scott lebih terlihat sebagai pria yang santai dan menyenangkan dalam hal pertemanan.
Para penulis naskah sendiri sudah memahami betul akan nuansa Ant-Man yang membumi dengan bukti bahwa penyajian ceritanya yang tidak tampak berlebihan walaupun resiko yang dihadapi para karakternya naik tingkat. Hal tersebut membuahkan hasil sebuah narasi menarik dan seru yang nyaman diikuti dari awal sampai akhir.
Pesan-pesan yang kental akan pentingnya keluarga
Rasa cinta Scott, Hope, dan Hank pada keluarga membantu mereka dalam hal motivasi. Scott hanya ingin bersama putrinya, Cassie (Abby Ryder Fortson), sesering mungkin. Sementara Hank yang berusaha membayar rasa bersalahnya sekaligus membuat keluarganya untuk kembali utuh.
Konflik menarik muncul dari benturan motivasi-motivasi tersebut dan membuahkan pesan menyentuh tanpa terkesan menggurui.
Penub canda yang menggelitik
Seperti film lain dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), Ant-Man and the Wasp aktif melemparkan lelucon jenaka. Kebanyakan humor yang disajikan di film ini muncul melalui interaksi para pemainnya. Hampir semua karakter diberikan porsi dialog yang bisa mengundang tawa. Namun, jika harus memilih tokoh terlucu di film ini, maka yang pantas disematkan dengan predikat tersebut adalah Luis (Michael Pena)
Apabila kamu sudah menonton film pertamanya, kamu tentu ingat cara Luis menceritakan kembali peristiwa dengan kecepatan penuh di mana ia menyulihsuarakan tokoh-t0koh yang terlibat. Luis kembali melakukan hal tersebut di film ini, namun terlihat lebih lucu. Humor-humor lainnya juga tidak kalah menghibur dengan penempatan yang sesuai.
Kekhawatiran akan banyaknya karakter
Ada banyak karakter-karakter baru yang muncul di film ini. Karakter-karakter lama pun juga hampir semuanya kembali lagi. Hal ini tentu memicu sebuah kekhawatiran bahwa film akan menjadi sesak karena banyaknya karakter di sini.
Namun, nyatanya seluruh karakter yang tampil mendapatkan jatah yang pas. Sehingga kekhawatiran itu pun seakan lenyap dan film ini sukses mengambil kepercayaan para penonton bahwa kehadiran semua tokoh sejalan dengan keperluan cerita. Tentunya keterlibatan sutradara dan penulis naskah di dalamnya patut diancungi jempol.
Kapasitas akting yang pas
Ant-Man and the Wasp melibatkan aktor dan aktris yang mumpuni. Sepanjang filmnya, Paul Rudd memiliki karisma yang kuat dan tidak mungkin ditolak. Evangeline Lily juga bisa mengimbanginya tanpa kendala. Artis senior Michael Douglas dan Michelle Pfeiffer pun dapat membuktikan kepada para juniornya bahwa mereka masih dapat dipercaya kemampuannya.
Tidak ketinggalan juga Randall Park yang mencuri perhatan lewat perannya sebagai Jimmy Woo, seorang agen FBI yang humoris, namun memiliki dedikasi yang tinggi. Lalu, sisanya tampil dengan kapasitas yang pas.
Kekurangan yang tidak begitu berpengaruh
Setiap film tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan film ini adalah tangkapan gambar di paruh awal film yang terlihat kurang tajam. Entah apa hal tersebut disengaja atau tidak, gambar-gambar dengan nuansa temaram tersebut tampak tidak begitu jelas di layar. Lalu, pada bagian paruh kedua film, saat mayoritas adegan berada di luar ruangan, barulah gambar tampak jelas dan tajam.
Selain itu, ada adegan saat Hope membawa kabur Scott dari rumahnya yang memunculkan sebuah pertanyaan. Bagaimana cara Hope melepaskan alat deteksi di kaki Scott? Pasalnya, di adegan sebelumnya memperlihatkan bahwa Scott harus membungkus alat tersebut dengan plastik agar tidak basah saat ia berada di air.
Jika alat deteksi bsia dengan gampangnya untuk dilepas, untuk apa Scott harus bersusah payah melindungi alat tersebut saat ia mandi? Ia tinggal melepasnya saja, bukan? Untung saja kekurangan tersebut masih bisa dimaklumi karena tidak begitu mempengaruhi jalan cerita.
Kesimpulan
Ant-Man and the Wasp mampu meraih kesuksesan yang jarang diraih pada sebuah sekuel. Film ini lebih baik dari film pertamanya. Film ini merupakan penutup yang manis bagi seluruh film MCU tahun ini.
Tidak hanya menawarkan aksi-aksi yang seru, namun Ant-Man juga memiliki hati. Dampaknya, menonton film ini dapat membuat kamu teringat dengan orang-orang yang kamu sayangi, terutama keluarga.
Perlu kamu ingat bahwa setelah film berakhir, ada dua potongan adegan (post-credit scenes) yang sayang jika terlewatkan. Jadi, jangan buru-buru beranjak saat film berakhir.