Putrama Tuta: ‘A Man Called Ahok’ Bukan Film Politik
Film biografi mengenai Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok baru saja dirilis beberapa hari yang lalu. Publik pun sempat kembali memanas karena nama Ahok masih cukup hangat di dunia politik. Meskipun begitu, A Man Called Ahok sesungguhnya justru memperlihatkan sisi lain dari mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Sang sutradara, Putrama Tuta, juga menyatakan hal yang senada. Ketika banyak pertanyaan mengenai motif politik di belakang film ini, ia menangkisnya. “Bukan itu tujuan film ini. Kalau mau kayak gitu, kita bikin aja film perjuangan pak Ahok memberantas korupsi,” ujarnya. “Tapi ceritanya aja udah beda, ngga ada unsur edukatif kalau saya masukin sisi politik. Balik lagi, hubungan ayah-anaknya nggak ada.”
Sang sutradara yang berumur 36 tahun ini juga menjelaskan perbedaan film mengenai Ahok yang ia buat sekarang dengan film-filmnya sebelumnya. Dalam film ini, Putrama Tuta sangat bersikeras untuk menunjukan hubungan di dalam sebuah keluarga.
“Saya baru sekali di film saya itu nggak ada caci makian, bahkan orang merokok pun nggak ada. Karena dari awal, goal-nya adalah gimana bapak-bapak sama ibu-ibu bisa ajak anaknya. Kalau misal filmnya mau saya banget, wah bisa dari awal kayak ‘Catatan Harian si Boy’ yang filmnya dibuka dengan dialog kasar karena memperlihatkan kondisi real.”
Lalu apa sebenarnya yang mendorong Putrama Tuta untuk membuat film mengenai tokoh politik satu ini? Menurutnya, Ahok bukan sekedar tokoh politik yang menjadi kontroversi karena dipenjara. Akan tetapi, ada hal lain yang membuatnya tidak ragu membuat A Man Called Ahok.
“Sosok ini menurut saya nggak muncul 20 tahun atau 30 tahun sekali. Jadi pas sosok ini ada tolong jangan dimanfaatkan untuk mencari keuntungan,” ujarnya. “Misalnya saya main memanfaatkan sosok pak Ahok, saya akan bikin cerita cinta atau komedi. Pasti saya akan paksain. Tapi nggak, dan sayang banget kalau bangsa saya nggak dapet kesempatan belajar dari sosok seperti ini,” jelas sang sutradara.
Putrama Tuta juga mengakui bahwa dirinya tidak setuju dengan apa yang telah dilakukan Ahok. Namun pria asli Belitung tersebut telah membawa banyak perubahan di Indonesia. “Saya juga nggak menyetujui apa yang dia lakukan. Tapi pada intinya, dia membuat perubahan pada bangsa saya. Saya lihat itu pak Ahok, saya sangat mengagumi pekerjaan yang telah dilakukan,” ujarnya.
A Man Called Ahok menampilkan Daniel Mananta sebagai Ahok ketika beranjak dewasa dan seterusnya. Film ini telah disaksikan oleh lebih dari satu juta penonton hingga saat ini.